PROFIL TERAPI PENGGUNAAN OBAT BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) TAMSULOSIN DENGAN DUTASTERID PADA PASIEN PEMBESARAN PROSTAT JINAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ADHYAKSA JAKARTA TIMUR PERIODE JANUARI - DESEMBER 2024

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah kondisi pembesaran prostat jinak yang umum terjadi pada pria lanjut usia, seringkali disertai gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Penatalaksanaan BPH umumnya melibatkan terapi tunggal atau kombinasi, yang dipengaruhi oleh kondisi komorbiditas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil terapi penggunaan obat BPH pada pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Adhyaksa Jakarta Timur selama periode Januari - Desember 2024.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil terapi penggunaan obat Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) pada pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Adhyaksa Jakarta Timur selama periode JanuariDesember 2024. BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang umum pada pria lanjut usia, sering disertai gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Penatalaksanaan BPH di fasilitas kesehatan umumnya melibatkan terapi tunggal atau kombinasi, yang dipengaruhi oleh kondisi komorbiditas pasien.Desain penelitian deskriptif retrospektif ini menggunakan data rekam medis 370 pasien BPH yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil menunjukkan bahwa kelompok usia terbanyak adalah 66-75 tahun (41,1%), dengan 50,3% pasien tanpa komorbiditas. Komorbiditas yang paling sering ditemukan adalah hipertensi (27%), diikuti penyakit jantung koroner (13%) dan diabetes melitus tipe 2 (9,7%).Terapi kombinasi tamsulosin-dutasterid merupakan pilihan utama (66,5%), dibandingkan terapi tunggal tamsulosin (33,5%). Obat non-BPH yang sering diresepkan meliputi analgesik (parasetamol, meloxicam, natrium diklofenak, dexketoprofen) dan antibiotik (asam pipemidat, cefixim). Outcome klinis menunjukkan penurunan volume prostat yang signifikan pada pasien yang menerima terapi kombinasi, terutama pada kasus prostat besar.Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa terapi kombinasi tamsulosin-dutasterid lebih banyak digunakan di RS Adhyaksa karena efektivitasnya dalam perbaikan gejala cepat dan penurunan volume prostat jangka panjang. Pola komorbiditas mencerminkan profil kesehatan populasi lansia, dengan hipertensi sebagai yang terbanyak. Hasil ini mendukung efektivitas terapi kombinasi dalam manajemen BPH di rawat jalan.