EVALUASI PADA SUATU GEDUNG RAWAN GEMPA XXX TIMIKA - PAPUA DITINJAU BERDASARKAN SNI GEMPA 1726 : 2019

Bangunan yang dibangun pada daerah rawan gempa harus direncanakan mampu bertahan terhadap gempa. Pada struktur bangunan tingkat tinggi harus mampu menahan gaya-gaya vertikal, maupun gaya-gaya horizontal. Hingga saat ini Indonesia memiliki tiga peta hazard gempa telah digunakan secara nasional baik untuk perencanaan gedung maupun perencanaan infrastruktur tahan gempa lainnya sejak tahun 1983 hingga peta gempa terbaru 2017. Kegempaan di Papua didominasi oleh gempa-gempa kecil. Sebaran gempa dengan magnitudo > 5,5 tidak tersebar merata, daerah sebelah barat Kepala Burung cenderung tidak ada aktivitas gempa sedangkan di utara Kepala Burung banyak terdapat gempa dengan mekanisme sesar naik. Pada SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2019, sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan dengan bracing eksentris memiliki nilai Koefisien Modifikasi Respons (R) = 8, Faktor Kuat Lebih Sistem (mO) = 2.5, dan Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 4. Simpangan antara laintai berdasarkan SNI1726:2019 lebih besar27,27% pada sumbu x dan 35,71% pada sumbu y. Hasil Periode Fundamental apa bila kita tinjau menggunakan peraturan gempa terbaru SNI 1726:2019 maka mengalami kenaikan sebesar 98,82%. Secara keseluruhan struktur gedung sudah baik sesuai dengan peraturan konstruksi gedung.